Monday, March 16, 2009

Bandeng Asap dari Sidoarjo

Bandeng asap merupakan oleh-oleha khas kota Sidoarjo. Disebut bandeng asap karena makanan ini dibuat dari ikan bandeng yang dimatangkan dengan cara diasap.

Kota Sidoarjo terletak di Jawa Timur. Dalam lima bulan terakhir, kota ini lebih dikenal dengan semburan lumpur panasnya. Kota ini memiliki ciri khas tersendiri. Diantaranya dalam hal makanan, yakni bandeng asap.

Bila berkunjung ke kota Sidoarjo, yang ditempuh sekitar satu jam dari kota Surabaya, dapat mampir ke rumah Jalil, di Desa Bulu Sidokare, Sidoarjo Kota. Di tempat ini dilakukan proses pengasapan bandeng secara tradisional.

Awalnya, sisik ikan bandeng basah dibersihkan hingga halus. Kemudian isi perut dan insangnya dikeluarkan agar tidak menimbulkan bau. Bagian dalam bandeng juga dibersihkan sehingga tidak ada darah yang tersisa.

Selanjutnya ikan bandeng yang sudah bersih direndam dalam air garam selama 2 jam, hingga meresap ke seluruh daging. Setelah itu, bandeng dibilas agar tidak terlalu asin.

Kemudian bandeng ditiris untuk mengeluarkan air garam. Lalu bagian perutnya disanggah dengan lidi agar asap dapat masuk ke bagian dalam perut.

Setelah itu bandeng diasapkan selama 3 jam. Api terlebih dahulu dipastikan hanya menyisakan bara. Kemudian disiram serbuk kayu sehingga menimbulkan asap. Untuk menghasilkan bandeng asap warna kuning, maka serbuk kayu yang digunakan harus berwarna kuning.

Setelah asap mengepul, bandeng dimasukkan dan tungku ditutup. Setiap jam serbuk kayu disiramkan agar tungku terus berasap.

Bandeng sudah matang, dan siap untuk disantap. Menurut Jalil, pemilik usaha pembuatan bandeng asap, Rasa Bandeng Asap Sidoarjo ini lain dengan bandeng presto. Bandeng asap ini menggunakan saos yang dibuat dari campuran kecap dan petis.

Bandeng asap ini dijual seharga 38 ribu rupiah per kilogram. Sedangkan saosnya dijual seribu rupiah per botol. Harga ini jauh lebih murah dibandingkan dengan bandeng asap yang dikemas secara modern, yang harganya mencapai 60 ribu per kilogram.

Namun Jalil yang telah 14 tahun menekuni usaha yang diwarisi dari bibinya ini, mengaku masih menghadapi kesulitan dalam hal pemasaran. Pemasaran bandeng asap terbatas karena promosinya dilakukan dari mulut ke mulut. Sehingga hanya wisatawan yang berkunjung ke kota Sidoarjo saja yang tahu bandeng asap khas Sidoarjo ini, dan menjadikannya oleh-oleh untuk dibawa pulang.

No comments:

Post a Comment