Monday, March 30, 2009

Spesies Baru Serangga Parasit Ditemukan

Peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menemukan spesies baru serangga parasit yang memiliki potensi untuk agen pengendalian hama pertanian secara hayati.

Spesies serangga baru tersebut diberi nama Stenopetius jeniei n.sp.Ubaidillah. Serangga ini termasuk dalam bangsa Hymenoptera, suku Eulophidae marga Stenopetius.

"Serangga ini penyebarannya ada di wilayah Jawa dan Sulawesi Utara. Jenis yang terdekat (S. rugosus Boucek) ditemukan di Australia hingga Pulau Solomon," kata penemu spesies tersebut, Dr Rosichon Ubaidillah di sela-sela ekspose hasil penelitian Pusat Penelitian Biologi LIPI di Bogor, Selasa.

Ekspose tersebut digelar pada 23 hingga 24 Maret di Cibinong Science Center (CSC).

"Spesies ini mempunyai potensi luar biasa untuk pengendalian hayati di saat kita menghadapi masalah dengan penggunaan insektisida," katanya.

Ia mengatakan, mulai dari fase telur hingga larva serangga ini diketahui menjadi parasit dalam larva serangga lain. Namun demikian, ia belum mengetahui jenis-jenis serangga apa saja yang bisa menjadi inang bagi serangga parasit ini.

"Saya akan melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui siapa host (inang) serangga parasit ini," katanya.

Rosichon menemukan serangga ini pada tahun 2004 dan selanjutnya melakukan penelitian untuk mendeskripsikan spesies tersebut. Pada 2008 hasil penelitiannya dimuat dalam jurnal internasional Raffles Bulletin of Zoology di Singapura.

"Baru sekitar Agustus 2008, nama spesies tersebut digunakan dan resmi dinyatakan sebagai spesies baru," katanya.

Rosichon memberikan nama jeniei pada jenis serangga tersebut sebagai penghargaannya kepada Kepala LIPI, Prof Dr Umar Anggara Jenie atas perhatiannya terhadap pengembangan ilmu dasar khususnya bidang taksonomi.

Keberhasilan penelitian ini, kata dia, juga tidak lepas dari dukungan fasilitas yang memadai hasil kerja sama LIPI dengan Global Environment Facilities (GEF) dan Japan International Cooperation Agencies (JICA) atau Lembaga Kerja sama Internasional Jepang.

Ia mengakui bahwa saat ini lebih dari 90% penamaan spesies dilakukan oleh peneliti asing. "Padahal Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat besar."

Jumlah taksonomis di LIPI bahkan tidak lebih dari 10 orang, katanya.

No comments:

Post a Comment